Tuesday, June 14, 2011

Bencana Sosial : Kerusakan Ekologi

Wilayah Provinsi Aceh saat ini dinilai sudah memasuki tahap darurat ekologi. Kerusakan hutan, terutama oleh karena pembukaan lahan untuk perkebunan, pertambangan, dan penebangan liar, terus meluas. Akibatnya, bencana alam hampir setiap hari terjadi dengan intensitas meningkat dalam empat tahun terakhir.

Monday, June 6, 2011

Gempa Bumi

Gempa bumi, adalah suatu fenomena pergerakan permukaan bumi disebabkan oleh pergerakan yang mengejut di permukaan bumi yang berbatu. Gempa bumi terjasi apabila tenaga yang tersimpan dalam bumi, biasanya di dalam bentuk geseran batu, tiba-tiba terlepas.

Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat disebut Skala Richter. Gempa bumi ini dapat dikelompokkan satu hingga sembilan berdasarkan skala Richter. Gempa bumi juga dapat diukur dengan menggunakan ukuran Skala Mercalli. Getaran sering terjadi tetapi tidak semua bisa kita rasakan.
Tenaga ini disalurkan ke permukaan bumi menyebabkan gelombang gempa bumi. Kajian sains mengenai gempa bumi dan gelombangnya dikenali sebagai seismologi (dari perkataan Greek seismos, untuk menggoncang).

Saturday, May 21, 2011

Banjir dan Tips Kesiapannya

Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.

Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya.

Daerah Rawan Bencana

Secara histografi, Indonesia merupakan wilayah langganan gempa bumi dan tsunami. Pasca meletusnya Gunung Krakatau yang menimbulkan tsunami besar di tahun 1883, setidaknya telah terjadi 17 bencana tsunami besar di Indonesia selama hampir satu abad (1900-1996). Bencana gempa dan tsunami besar yang terakhir terjadi pada akhir 2004 di Aceh dan sebagian Sumatera Utara. Lebih dari 150.000 orang meninggal dunia. Tapi gempa bumi terjadi hampir di setiap tahun di Indonesia. Setelah gempa Aceh di akhir 2004, pada 2005 Pulau Nias dan sekitarnya juga dilanda gempa. Sekitar 1000 orang menjadi korban. Akhir Mei 2006 ini, giliran Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah diporakporandakan gempa bumi. Korban meningggal mencapai 5.000 orang lebih.

Saat Gempa Bumi dan Tips Menyelamatkan Diri

Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.

Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
  1. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi
  2. Aktivitas sesar di permukaan bumi
  3. Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah
  4. Aktivitas gunung api
  5. Ledakan nuklir

Bencana Masa Lampau Di Indonesia


Jakarta :  Selama delapan bulan, Tim Studi Bencana  Katastropika Purba mencoba mencari dan meneliti fakta dan data bencana  di abad modern ataupun zaman purba yang katastropik atau dampaknya menghilangkan peradaban.

Seperti terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam, 26  Desember 2004 silam, adalah megatsunami yang menghancurkan sebagian  peradaban di Tanah Rencong. Demikian rilis yang diterima Liputan6.com,  Ahad (24/4), dari Wisnu Agung Prasetya, asisten Staf Khusus Tim Studi  Bencana Katastropik Purba.

Saturday, May 14, 2011

Padang Bangun Kebun Binatang Pendeteksi Gempa

Riset pengurangan risiko bencana memanfaatkan insting hewan akan dibangun di Padang. Pembangunan kebun binatang mini akan dilakukan sebagai upaya mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami. Hewan yang memiliki insting bagus tentang kebencanaan akan ditempatkan di lokasi tersebut nantinya.

Seberapa efektif menggunakan isnting hewan untuk memberikan peringatan dini bagi warga di pinggir pantai barat Samudera Hindia ini? Signal peringatan dini yang diberikan sejumlah hewan seperti Gajah, Burung Kuau, dan Siamang, akan dipantau menggunakan kamera pengintai.

Bencana Kubur Peradaban Indonesia

Bukan hal baru kalau negeri kita rawan bencana. Tak hanya saat ini, bencana telah terjadi di masa lalu. Sekretaris Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Soeroso mengatakan, bisa jadi ada peradaban di masa lalu yang terkubur akibat bencana.

Salah satu petunjuk, pada zaman kerajaan Mataram Kuno. Letusan Gunung Merapi menyebabkan eksodus penduduk besar-besaran. "Akibat letusan, lahan pertanian tertutup material, sehingga penduduk berpindah tempat tinggal," kata Soeroso, di Jakarta, Rabu 27 April 2011.

Dua Gempa Landa Indonesia Pagi Ini

Dua gempa di atas 5 skala Richter terjadi di dua tempat di Indonesia pagi ini. Gempa pertama terjadi pada pukul 04.43 di barat daya Cilacap, Jawa Tengah, dengan kekuatan 5,7 skala Richter. Gempa kedua terjadi di barat daya Bitung, Sulawesi Utara, pukul 08.19 WIB, Sabtu 14 Mei 2011, dengan kekuatan 5,5 skala Richter.

Gempa di Cilacap ini terjadi di laut, pada kedalaman 10 kilometer, 290 kilometer barat daya Cilacap atau 9,93 lintang selatan dan 107,6 bujur timur. Gempa ini tidak berpotensi tsunami.

Gempa di Bitung terjadi di laut pula di kedalaman 101 kilometer, 133 barat daya Bitung atau 0,25 lintang utara dan 125,14 bujur timur. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, gempa ini juga tidak berpotensi tsunami.• (sumber : VIVAnew)

Wednesday, April 27, 2011

80 Ribu Potensi Gempa Indonesia


(ANTARA News) - Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010 yang beranggotakan sembilan orang atau Tim-9 memetakan 80 ribu potensi gempa kecil, sedang, dan besar di Indonesia untuk kurun 2500 tahun.

"Kalau potensi tsunami terjadi di sisi barat Sumatera dan sisi selatan Jawa hingga Papua, tapi potensi itu berjarak 150 kilometer dari daratan atau berada di laut," kata Ketua Tim-9 Prof Masyhur Irsyam PhD, di Surabaya, Rabu.

Ia mengemukakan hal itu di sela-sela sosialisasi "Standar Perencanaan Ketahanan Gempa yang Baru di Indonesia (RSNI 1726-XXXX)" dengan Ketua Tim Struktur SNI 1726-201X Prof Ir Bambang Budiono ME PhD di Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya.

Dalam acara untuk memperingati Dies Natalis ke-50 UKP itu, Guru Besar Teknik Sipil ITB itu menjelaskan peta gempa di Indonesia tahun 1983 dan 2002 membagi wilayah gempa dalam enam zona, tapi saat ini sudah banyak gempa yang terjadi di luar perkiraan.

"Tahun 2004 terjadi gempa di Aceh dengan skala yang di luar perkiraan kita, lalu saat ini banyak sesar bawah tanah yang selama ini belum diperhitungkan," katanya.

Revisi peta gempa Indonesia pun dibentuk yang melibatkan ITB, LIPI, PU, ESDM, dan BMKG dengan dukungan data-data dari pihak asing terkait peta gempa di seluruh dunia.

"Kita juga menggunakan publikasi terakhir dari American Society of Civil Engineers (ASCE) 07-2010, karena itu kita juga mengacu pada ASCE untuk memetakan gempa dalam 2500 tahun, bukan 500 tahun seperti selama ini, termasuk melakukan update peta dalam tiga tahun sekali," katanya.

Hingga kini, tim telah melakukan pemetaan sesar daratan di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Timor, dan Sulawesi. "Untuk Jawa Timur masih belum dikuantifikasi," katanya.

Menurut dia, peta gempa itu tidak selalu tepat, namun hal terpenting dari peta gempa adalah kesiapan untuk memperkuat infrastruktur agar tidak roboh di saat gempa.

"Gempa di China dipetakan dalam skala 0,1 G, tapi yang terjadi justru 1 G, kemudian gempa di Jepang dipetakan dalam skala 0,8 G, tapi yang terjadi adalah 3 G," katanya.

Skala yang di luar perkiraan itu mampu menghindari korban dalam jumlah banyak, bahkan korban di Jepang bukan akibat gempa, melainkan terjangan tsunami.

Indonesia juga harus belajar banyak dari peta gempa yang dibuat, karena itu kami merekomendasikan kepada pemerintah untuk memperkuat bangunan publik di daerah-daerah yang dipetakan, katanya.

Monday, April 25, 2011

Bencana Masa Lampau Di Indonesia

Jakarta :  Selama delapan bulan, Tim Studi Bencana  Katastropika Purba mencoba mencari dan meneliti fakta dan data bencana  di abad modern ataupun zaman purba yang katastropik atau dampaknya  menghilangkan peradaban.
Seperti terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam, 26  Desember 2004 silam, adalah megatsunami yang menghancurkan sebagian  peradaban di Tanah Rencong. Demikian rilis yang diterima Liputan6.com,  Ahad (24/4), dari Wisnu Agung Prasetya, asisten Staf Khusus Tim Studi  Bencana Katastropik Purba.
Berdasarkan penelitian Tim Studi  Bencana Katastropika Purba, ternyata di Aceh teridentifikasi kemudian  ada Desa Ie Beuna. Artinya, ombak besar bergulung-gulung. Ini berarti  pula pernah ada tsunami di Aceh. Bahkan, tim Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI menemukan bangunan kuno di laut Aceh. Dan melalui ekskavasi  geologi berhasil membuktikan 1.400 tahun lampau
pernah terjadi mega  tsunami.
Warga Simeulue mengenal smong atau tsunami pada 1907,  sehingga korban sedikit saat tsunami 2004. Masyarakat Yogyakarta  dikejutkan gempa pada 2006 yang merusak dan menimbulkan korban. Padahal  1835 pernah terjadi gempa yang lebih besar. Di sini menunjukkan betapa  lemahnya ingatan masyarakat Indonesia terhadap bencana. Padahal, gempa  atau gunung berapi bisa dipastikan akan mengalami pengulangan: The Past  is the Key of Future.
Untuk diketahui pada 1814, Sir Thomas Stamford Raffles (Gubernur Jenderal Kolonial Inggris di Jawa, 1811-1816), menemukan satu bukti bencana katastropik purba  akibat letusan gunung api di semak belukar, yaitu Candi Borobudur. Data  sejarah menunjukkan pernah ada letusan Merapi sekitar era 1000-an. Bisa  dibayangkan, peradaban yang terkubur itu. Belum lagi jika menengok  perubahan
iklim yang diakibatkan letusan Toba di Pulau Sumatra, 75 ribu  tahun lalu.
Bagaimana dengan Jakarta Hasil pemantauan global  positioning system (GPS) dan pengukuran deformasi serta disandingkan  dengan data historis, juga mengagetkan hasilnya. Ada potensi 8,5 skala  Richter di Selat Sunda. Ini juga pengulangan 1906, 1856, 1833, dan 1699,  serta gempa-gempa kecil yang terasa sampai Jakarta.
Bertitik  tolak dari itu, tim mencoba mendapatkan bukti otentik sedimentasi atau  data lainnya dengan segera melakukan penelitian intensif terhadap temuan  Candi Jiwa di Bekasi, Jawa Barat.
"Kita  senang terhadap temuan peradaban itu, tetapi juga harus ditemukan  mengapa dan kapan candi itu terkubur. Karena jarak dengan Jakarta tidak  terlalu jauh. Apakah tertutup karena vulkano atau mega tsunami. Kita  menyambut baik langkah Foke (Gubernur Fauzi Bowo)  yang segera membuat peta mikrozonasi dan building code. Karena ini juga  rekomendasi tim sembilan peta gempa yang melihat ada kenaikan 0,3 g di  batuan dasar. Sama seperti Aceh, Sumbar, Bengkulu
Banten, Jabar, Jatim, Jateng dan Yogya. Kita berupaya secara scientific  mengurangi risiko bencana dengan menemukan gempa purbanya. Apa yang  terjadi di Jepang menjadi pelajaran bersama. Masyarakat harus bahu-membahu membantu Pemda,  BNPB, BMKG dan lain-lain, tidak perlu panik," urai Wisnu Agung.
Terkait  rencana pembangunan jembatan Selat Sunda, temuan ini sangat penting  agar jembatan tersebut disiapkan untuk tahan gempa di atas besaran yang  potensi itu. Dengan begitu, pembangunan harus terus jalan.
Pada  kejadian letusan katastropik Toba, diperkirakan terjadi pemusnahan  massal  dari populasi makhluk hidup di seluruh dunia, termasuk manusia.  Hanya sebagian kecil yang dapat bertahan hidup. Meskipun demikian, tidak  ada data yang cukup untuk mengetahui dengan jelas apa yang terjadi pada  peradaban manusia sebelum dan sesudah letusan Toba.
Ilmu  pengetahuan hanya tahu bahwa paling tidak sejak sekitar 90.000-100.000 tahun lampau, bumi sudah dihuni oleh makhluk berakal dan mengenal Tuhan.  Dan sampai saat ini para ilmuwan sedunia percaya bahwa sampai sekitar  10.000 tahun lalu manusia masih hidup di zaman batu, alias hidup di alam, di hutan-hutan dan gua-gua seperti hewan.
Adapun  letusan gunung api katastropik lainnya adalah letusan Gunung Krakatau  purba. Catatan mengenai letusan Krakatau purba yang diambil dari sebuah  teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yang diperkirakan  berasal dari tahun 416 Masehi.
Isinya antara lain menyatakan: "Ada  suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara (Krakatau).  Ada pula guncangan bumi yang menakutkan, kegelapan  total, petir dan  kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan  seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang  dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula. Ketika  air menenggelamkannya, Pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan  Pulau Sumatra."(ANS)

Friday, March 18, 2011

Minimnya Bantuan Psikologis bagi Penyintas

Hasil penelusuran Tim Insan Parahita, ketika terjadi longsor selasa, 23/2/2010. Di Perkebunan Teh Dewata,  Desa Tejolaya, Kecamatan Pasir Jambu, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Serta banjir yang melanda sebagian Bandung. Lokasi kejadian berjarak 60 km dari Kota Bandung dan membutuh waktu 3 (tiga) jam. Sekitar 60 orang warga yang bermukim di sekitar Perkebunan, dilaporkan tertimbun longsoran dan empat di antaranya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.

Ada sekitar 100 anak yang mengalami “shock” dan kemungkinan ada yang mengalami trauma, ada satu sekolah dasar (SD) yang tertimpa longsor. Sebagain besar masih merasa ketakutan bila ada angin kencang, hujan, suara kendaraan yang keras. Sebagian lagi anak-anak masih sering menangis tiap tengah malam, gelisah dan merasa cemas bila melihat tanah berserakan tanah.

Minimnya bantuan psikologis untuk memulihkan kondisi traumatis pada penyintas, merupakan kondisi yang kerap kita jumpai dimana-mana. So, perlu ada kerja sama kita semua untuk sedikit memberi manfaat bagi sesama.

Wednesday, March 16, 2011

Tujuan Pendampingan Psikososial

Pendampingan atau yang sering dikenal dengan fasilitator merupakan bentuk aplikasi kegiatan yang melibatkan masyarakat secara langsung, adapun tujuan pencapaiannya adalah : 
a.   Bersama komunitas mengidentifikasi masalah psikososial yang masih ada.
b.   Memberikan penanganan psikososial pada kasus yang ditemukan (kasus individu dan komunitas).
c.   Memberikan psiko-edukasi tentang aspek psikososial pasca bencana.
d.   Bersama komunitas mengembangkan kerja bersama dan mekanisme rujukan.
e.   Bersama komunitas mengembangkan kelompok-kelompok dukungan (support groups) untuk penguatan psikososial komunitas.

      Nah dari sini tindak lanjut yang sering diberikan adalah, bagaimana menjadikan komunitas memiliki pemahaman yang relatif sama dalam penanganan bencana, so... perlu ada pelatihan, pelatihan dasar inilah yang penting untuk mengembangkan komunitas. adapun bentuknya disesuaikan dengan kondisi kebutuhan psikologis komunitas :

Pelatihan Pertolongan Pertama Psikologi (PFA):
a.   Memberikan pengetahuan dasar tentang prinsip-prinsip pertolongan pertama psikologi/ psychology first aid.
b.   Memberikan pengetahuan tentang tahap-tahap pertolongan pertama psikologi/psychology first aid.
c.    Melatih sejumlah keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk melakukan pertolongan pertama psikologi/psychology first aid.

Pelatihan Pendampingan Psikososial Berbasis Komunitas:
a.   Memberikan pengetahuan dasar tentang prinsip-prinsip pendampingan psikososial berbasis komunitas.
b.   Memberikan pengetahuan mengenai sejumlah prinsip dan teknik identifikasi kebutuhan pendampingan psikososial berbasis komunitas.
c.  Memberikan pengetahuan mengenai sejumlah bentuk kegiatan dan panduan dalam merancang pendampingan psikososial berbasis komunitas.

Tuesday, March 15, 2011

PFA Dasar untuk TK Carita Depok

INSAN PARAHITA – Inilah kegiatan perdana insan parahita, memberikan materi PFA (psychological first aid) pada pengurus, guru dan orang tua murid TK CARITA - Depok, dengan tiga pembicara : Dra. Tri Iswardani, M.Psi. Rahajeng Ikawahyu Indrawati, M.Psi dan Drs. Lukman S. Sriamin, M.Si.

Acara berlangsung lancar, mulai dari jam 09.15 s/d 12.30 WIB (23/01/2010). Adapun materi nya berupa dasar-dasar PFA ,  materi yang menguraikan apa itu bencana, apa dampak bencana (alam dan social) terus bagaimana sikap dan tindakan apa yang mesti dilakukan.

Monday, March 14, 2011

Pendampingan Psikososial Berbasis Komunitas

Pendampingan psikososial berbasis komunitas adalah segala upaya yang sistematis dan berkesinambungan dilakukan sebelum, selama dan sesudah bencana bersama elemen-elemen dalam komunitas yang disesuaikan dengan konteks komunitas untuk melindungi, meminimalisir resiko psikososial bencana dan mengatasi masalah psikososial akibat bencana. Dari batasan tersebut terlihat bahwa program ini mengutamakan partisipasi anggota masyarakat di mana masyarakat memainkan peran penting dalam setiap langkah  intervensi yang direncanakan. Partisipasi masyarakat diperlukan di lokasi yang berisiko terkena bencana karena alasan berikut (dikutip dari Sidabutar dkk., 2003) :
  1. Tenaga profesional kesehatan mental sangat terbatas jumlahnya, sedangkan masyarakat tidak mungkin menunggu terlalu lama untuk kesembuhan dirinya.
  2. Peristriwa traumatis sebagai dampak bencana biasanya menimpa masyaraat secara kolektif, sehinggga langkah-langkah pemulihan trauma sebaiknya dilakukan secara kolektif pula.
  3. Keluarga dekat dan komunitas adalah orang-orang pertama yang akan membantu jika terjadi masalah.
  4. Pemulihan sebaiknya mengintegrasikan cara-cara atau kearifan lokal yang telah ada yaitu adat-istiadat dan kebudayaannya.
  5. Masyarakat tidak dapat menggantungkan diri pada bantuan luar terus-menerus, perlu membangun kapasitas lokal.
  6. Masyarakat perlu meningkatkan sendiri ketangguhannya.
  7. Pada akhirnya, komunitaslah yang pertama kali akan memberikan perlindungan warga bila terjadi hal-hal yang tak diinginkan.